Kegiatan Belajar 1
Analisis Rangkaian Listrik dan Elektronika
|
Berbicara
mengenai rangkaian listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari pengertian
darirangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan
elemenatau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubung.Rangkaian
disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup.
Dengan kata lain, hanya dengan satu lintasan tertutup saja kita dapat
menganalisis suaturangkaian. Lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita
mulai darititik yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus
dan tidakmemandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang kita tempuh.Rangkaian
listrik merupakan dasar dari teori rangkaian pada teknik elektro yangmenjadi
dasar atau fundamental bagi ilmu-ilmu lainnya seperti elektronika, sistem
daya,sistem komputer, putaran mesin, dan teori kontrol.
Capaian
Pembelajaran Mata Kegiatan
◼
Menganalisis rangkaian listrik AC dan DC dengan menerapkan hukum-hukum
rangkaian listrik dan elektronika
Sub
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganalisis
rangkaian listrik AC dan DC
Pokok-Pokok Materi
Untuk
merealisasikan capaian pembelajaran, beberapa materi pokok terkait analisis
rangkaian listrik dan elektronika, disusun sebagai berikut.
1. Istilah
Kelistrikan Dasar
2. Hukum-Hukum
Kelistrikan
3. Metode Analisis
Rangkaian
4. Teorema
Rangkaian Kelistrikan dan Elektronika
5. Analisis
Rangkaian AC dan DC
Materi
1: Istilah Kelistrikan Dasar Sebelum melakukan
analisis rangkaian listrik dan elektronika, sangat penting untuk memahami dasar
istilah listrik guna mengerti fenomena listrik apa pun. Bagian ini menyajikan
konsep dan komponen yang diperlukan sebagai batu loncatan pertama dalam
memahami prinsip-prinsip elektrik yang mendasarinya, seperti muatan, arus,
tegangan, daya, energi, hambatan/tahanan, semikonduktor, dan isolator.
◆
Muatan Listrik (Charge)
Muatan listrik
adalah sifat atau muatan dasar yang dimiliki suatu materi, yang membuatnya
mengalami gaya atau reaksi pada benda lain yang bku ierdekatan, diukur dalam
satuan Coulomb (C). Simbol Q sering digunakan untuk menggambarkan muatan.
Coulomb adalah satuan besar muatan dan, oleh karena itu, umumnya unit muatan
yang lebih kecil (pC, nC dan μC) digunakan secara praktis. Muatan pada
elektron, yang negatif, memiliki kekuatan C. Dalam satu Coulomb muatan, ada
magnitud 1,602 x 10-19C, atau 6,24 x 1018 elektron. Q adalah sifat dasar yang
dimiliki oleh materi baik itu berupa proton (muatan positif) maupun elektron
(muatan negatif). Muatan listrik total suatu atom atau materi ini bisa positif,
jika atomnya kekurangan elektron. Sementara atom yang kelebihan elektron akan
bermuatan negatif. Besarnya muatan tergantung dari kelebihan atau kekurangan
elektron ini, oleh karena itu Uraian Materi muatan materi/atom merupakan
kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama
dengan jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral
atau tak bermuatan).
◆
Arus (Current)
Arus merupakan hasil dari aliran elektron.
Arah arus berlawanan dengan aliran elektron (muatan negatif)
Arus diwakili oleh
notasi I dan satuan SI-nya adalah ampere (A) untuk menghormati Matematikawan
dan Fisikawan Perancis, Andre-Marie Ampere (1775–1836). Gambar 1.1. Arah arus
listrik Secara umum, arus didefinisikan sebagai total alih muatan Q dalam waktu
t, dapat dinyatakan:
I =
◆
Arus Searah dan Arus Bolak-Balik Ada dua jenis arus: arus searah, yang
disingkat DC (direct current) dan arus bolak-balik, yang disingkat menjadi AC
(alternating current). Ketika besar arus tidak berubah terhadap waktu, itulah
arus searah. Sementara, dalam arus bolak-balik, besarnya arus berubah terhadap
waktu.
◆
Konduktor, Isolator dan Semikonduktor
Konduktor dalam teknik elektronik adalah bahan yang
dapat menghantarkan arus listrik secara baik, apakah dalam bentuk padat, cair
atau gas. Bahan ini memiliki resistivitas kecil, atau bila dipandang dari aspek
pita energi (energy band), jarak antara pita konduksi dengan pita valensi,
sangat dekat bahkan overlap. Isolator(insulator)
adalah bahan yang susahmenghantarkan arus listrik, apakah dalam bentuk padat,
cair atau gas. Bahan ini memiliki resistivitas sangat besar, atau bila
dipandang dari aspek pita energi, jarak antara pita konduksi dengan pita
valensi, sangat jauh dan memerlukan energi sangat besar untuk membuat
pergerakan elektron. Adapun semikonduktor(semiconductor)
adalah bahanyang sifat penghantaran arus listriknya,apakah dalam bentuk padat,
cair atau gas, jatuh di antara konduktor dan isolator dan menawarkan resistansi
sedang untuk mengalirkan muatan.Bahan ini memiliki resistivitas sedang, atau
bila dipandang dari aspek pita energi, jarak atau celah antara pita konduksi
dengan pita valensi, relatif dekat dan memerlukan energi cukup untuk membuat
pergerakan elektron.
◆
Resistansi dan Konduktansi Sifat suatu bahan yang menghambat atau melawan arus
listrik yang melaluinya disebut sebagai resistansi, direpresentasikan dengan
notasi R, dengan satuan ohm (W).
Resistansi
bahan dan simbol
Pada
dasarnya, setiap bahan atau materi fisik memiliki sifat resistif atau
perlawanan terhadap arus listrik. Sifat ini memberi peluang bahwa bahan apapun
bisa disusun sedemikian sehingga terbentuk sebuah resistor. Hanya saja, nilai
tahanan jenis (resistivity, r, rho) setiap bahan berbeda-beda,
sehingga tentu ada pilihan-pilihan bahan yang sesuai dan ada pula yang kurang
sesuai. Tembaga, emas dan perak diketahui memiliki tahanan jenis yang amat
kecil sehingga kemampuan menghantar listriknya sangat baik. Karena itu,
kelompok bahan ini lebih dikenal sebagai konduktor.
Sementara, bahan-bahan seperti gelas, kuarsa, keramik, dll., mempunyai tahanan
jenis dengan orde sangat tinggi sehingga lebih dikenal sebagai insulator. Beberapa bahan seperti
karbon, germanium dan silikon bertahanan jenis lebih moderat dibanding yang
lain, sehingga lebih mudah dipabrikasi untuk menjadi bahan dasar resistor.
Selanjutnya, karbon lebih mendominasi pembuatan resistor (terutama resistor
dengan nilai tetap, fixed resistor), sedangkan germanium dan silikon lebih mendominasi
pembuatan resistor sebagai sensor (sensitive resistor) atau resistor non-linear
dan semi-konduktor. Nilai resistansi
bahan, yaitu:
R
= ρ
Ω
dimana
𝜌 adalah tahanan jenis, l adalah panjang bahan, dan 𝐴
adalah luas penampang bahan. Konduktansi, merupakan kebalikan dari resistansi,
adalah karakteristik bahan yang mendorong aliran muatan listrik yang
melaluinya. Ini diwakili oleh notasi G dan unit SI-nya adalah Siemens (S).
◆
Tegangan (voltage)
Tegangan adalah
salah satu jenis gaya yang diperlukan untuk memindahkan muatan dalam konduktor.
Tegangan didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan
◆
Sumber Arus dan Tegangan
Sumber listrik apa
pun (tegangan atau arus) menyediakan energi untuk elemen-elemen yang terhubung
ke sumber ini. Sumber tegangan yang ideal adalah elemen rangkaian dua terminal
yang memberikan besaran tegangan spesifik di seluruh terminalnya terlepas dari
arus yang mengalir melewatinya. Sumber arus ideal adalah elemen rangkaian dua
terminal yang mempertahankan arus konstan melalui terminalnya terlepas dari
tegangan di terminal tersebut. Beberapa jenis sumber arus dan tegangan,
dirangkum dalam tabel berikut. Jenis Sumber Simbol Tegangan Simbol Arus Sumber
Ideal Sumber Bebas Sumber Terikat
Adapun sumber
terikat, terklasifikasi ke dalam 4 jenis, yaitu:
◆
Voltage-controlled voltage source (VCVS)
◆
Voltage-controlled current source (VCCS)
◆
Current-controlled voltage source (CCVS)
◆
Current-controlled current source (CCCS)
CCCS bermakna
bahwa rangkaian akan memberikan arus sebagai output (current source) pada saat
mana nilainya dikendalikan oleh arus input (current controlled).
◆
Daya Listrik dan Energi
Daya listrik
didefinisikan sebagai laju penerimaan atau pengiriman energi dari satu sirkuit
ke sirkuit lainnya. Daya direpresentasikan oleh notasi p dan satuannya adalah
joule per detik (J/s) atau watt (W), untuk menghormati ilmuwan Inggris James
Watt (1736–1819). Secara matematis, ekspresi daya listrik dapat ditulis
sebagai: dt w p d = di mana p adalah daya dalam watt (W), w adalah energi dalam
joule (J) dan t adalah waktu dalam detik (s). Secara umum, total daya listrik
dapat ditulis sebagai, t W P = Persamaan tersebut dapat disusun menjadi: vi dt
dq dq dw p = = Jika diturunkan, maka nilai daya P didapatkan: VI VQ t W P I Q =
= = Daya dikirim (Pd) dan diterima (Pr) dalam rangkaian listrik menjadi: P V I
VI d = (− ) = − dan P VI r = Gambar 1.7. Daya dikirim (a) dan diserap (b) pada
rangkaian Secara praktis, energi listrik yang disuplai ke konsumen dapat
dihitung dalam satuan kilowatt-hour (kWh). Satu kWh didefinisikan sebagai daya
1 kW yang dipakai selama 1 jam, dinyatakan dengan persamaan: E = P´t Dimana E adalah energi listrik
dalam kWh, Padalah dayadalam kW dan tadalah waktu dalam jam. Materi 2:
Hukum-Hukum Kelistrikan Hukum kelistrikan diperlukan untuk menganalisis
rangkaian listrik secara efektif dan efisien dengan menentukan parameter rangkaian
yang berbeda seperti arus, daya, tegangan dan hambatan. Hukum tersebut antara
lain hukum Ohm, hukum arus dan tegangan Kirchhoff (KCL dan KVL), serta aturan
pembagi tegangan dan arus. Pengetahuan tentang orientasi rangkaian seri dan
paralel, transformasi delta-wye dan wye-delta-wye juga diperlukan untuk
menganalisis rangkaian listrik. Dalam sub bahasan ini, hukum kelistrikan yang
berbeda, transformasi delta-wye dan wye-delta-wye, teknik konversi sumber dan
rangkaian jembatan Wheatstone juga akan dibahas.
Berikut beberapa
hukum kelistrikan utama :
◆
Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah
hukum paling penting dalam analisis rangkaian listrik yang dapat diterapkan ke
jaringan listrik apa pun dalam setiap rentang waktu. Hukum Ohm menyatakan bahwa
aliran arus dalam konduktor, berbanding lurus dengan tegangan jatuh di
konduktor tersebut. Seorang ahli fisika Jerman, George Simon Ohm (1787–1854),
menetapkan hubungan antara arus dan tegangan resistor yang diberikan. Sesuai
namanya, lalu hukum itu dikenal sebagai hukum Ohm. Misalkan arus I mengalir
dalam resistor R menghasilkan tegangan jatuh V di resistor. Menurut hukum Ohm,
hubungan antara arus dan tegangan yang dihasilkan dapat ditulis seperti
berikut. V = IR ; atau Dimana R konstan secara proporsional, diketahui sebagai
nilai resistansi komponen rangkaian. Perubahan nilai tegangan akan membuat
variasi arus secara proporsional.
◆
Hukum Kirchhoff Arus (KCL) Pada tahun 1845, fisikawan Jerman, Gustav Robert Kirchhoff,
mengembangkan hubungan antara berbagai jenis arus dan tegangan dalam rangkaian
listrik. Hukum ini, yang dikenal kemudian sebagai hukum Kirchhoff, digunakan
untuk menghitung arus dan tegangan dalam rangkaian listrik. Hukum Kirchhoff
arus menyatakan bahwa jumlah aljabar dari arus di sebuah node (node/simpul
mengacu pada titik mana pun di rangkaian di mana dua atau lebih elemen
rangkaian bertemu) sama dengan nol. Rangkaian mengilustrasikan hukum Kirchhoff
arus (KCL, Kirchhoff’s Current Law). Di sini, arus yang memasuki/menuju simpul
a dianggap positif, sementara arus yang keluar dari node dianggap negatif. Rangkaian untuk KCL Untuk node a, dapat
ditulis: Dari persamaan ini, dapat dinyatakan bahwa pada KCL, jumlah arus yang
masuk sama dengan jumlah arus yang meninggalkan node.
◆
Hukum Kirchhoff Tegangan (KVL)
Hukum Kirchhoff
tegangan (KVL, Kirchhoff’s Voltage Law) menyatakan bahwa jumlah aljabar dari
tegangan di setiap loop/lingkup (loop mengacu pada jalur tertutup dalam
rangkaian) dari rangkaian sama dengan nol. Rangkaian untuk KVL Penerapan KVL
memberikan persamaan: Dari persamaan ini, dapat dinyatakan bahwa pada KVL,
jumlah tegangan yang dibangkitkan atau diberikan, sama dengan jumlah tegangan
yang jatuh pada setiap komponen atau beban.
◆
Rangkaian Seri dan Aturan Pembagi Tegangan (Voltage Divider)
Pada rangkaian
seri, elemen rangkaian seperti sumber tegangan, resistor, dll. terhubung dalam
koneksi ujung-ke-ujung, di mana arus yang sama mengalir melalui setiap elemen.
Mari kita perhatikan bahwa tiga resistor R1, R2, dan R3 terhubung secara seri
dengan sumber tegangan Vs. Rangkaian seri dengan 3 resistor Jika arus yang
mengalir melalui rangkaian seri ini, menurut hukum Ohm, karena masing-masing
tegangan jatuh V1, V2, dan V3 yang melintasi tiga resistor R1, R2, dan R3,
dapat ditulis sebagai berikut. Dengan menerapkan KVL, diperoleh: Aturan pembagi
tegangan sangat dekat dan erat dengan rangkaian seri (deret) setiap beban R,
sehingga dapat dinyatakan bahwa: Dimana sumber arus diperoleh: Secara terpisah
dirumuskan bahwa: Menurut aturan pembagi tegangan, jatuh tegangan Vn yang
melintasi resistor n dalam rangkaian dengan N jumlah resistor seri dan sumber
tegangan Vs
◆
Rangkaian Paralel dan Aturan Pembagi Arus (Current Divider)
Resistor terkadang
terhubung secara paralel dalam suatu rangkaian. Dua atau lebih elemen rangkaian
dikatakan paralel, ketika berbagi node yang sama. Dalam rangkaian paralel,
tegangan di setiap elemen rangkaian paralel adalah sama, tetapi arus yang
melalui masing-masing elemen mungkin berbeda Metode Analisis Rangkaian Metode
analisis rangkaian sebenarnya merupakan salah satu alat bantu untukmenyelesaikan
suatu permasalahan yang muncul dalam menganalisis suatu rangkaian,bilamana
konsep dasar atau hukum-hukum dasar seperti Hukum Ohm dan HukumKirchhoff tidak
dapat menyelesaikan permasalahan pada rangkaian tersebut.Hukum kelistrikan
dasar dan parameter terkait, telah dibahas dalam sub-bagian sebelumnya. Metode
analitis tambahan telah dikembangkan untuk menganalisis rangkaian listrik
praktis dengan lebih dari satu sumber. Metode-metode ini termasuk analisis mesh
dan analisis tegangan node, juga dikenal sebagai analisis nodal. Hukum tegangan
Kirchhoff (KVL) digunakan dalam analisis mesh sementara hukum Kirchhoff arus
(KCL) digunakan dalam analisis nodal. Dalam metode analitis ini, aturan Cramer
tampaknya menjadi alat yang berguna untuk membantu memecahkan sistem persamaan
linear setelah penerapan hukum Kirchhoff di sirkuit listrik. Aturan Cramer
(Cramer’s rule) perlu dipahami lebih dahulu, sebelum menyajikan landasan
teoretis tentang analisis mesh dan nodal dengan sumber terikat dan independen.
Tahun 1750, Gabriel Cramer mengembangkan aturan aljabar untuk memecahkan
parameter-parameter tak diketahui. Aturan tersebut sangat efesien untuk
menyelesaikan sistem dengan dua atau lebih persamaan. Jika dimisalkan sistem
yang akan dianalisis memiliki tiga persamaan, maka
◆
Metode mesh analysis (analisis loop)
Rangkaian listrik
dengan sumber tegangan bebas . Dalam analisis mesh, sumber arus perlu untuk
dikonversi dulu menjadi sumber tegangan dengan polaritas yang sesuai, seperti
yang diidentifikasi pada arah dari sumber arus. Dengan menerapkan KVL ke
rangkaian, menghasilkan persamaan: Persamaan di atas, dapat ditulis ulang
menjadi: Dengan persamaan ini, arus mesh dapat diketahui jika sumber tegangan
dan nilai resistansi diberikan. Di rangkaian ini, sebuah sumber tegangan
(terikat) dikendalikan oleh tegangan (VSVC), dipertimbangkan untuk analisis
mesh. Rangkaian dengan sumber terikat
◆
Metode nodal analysis (analisis simpul)
Analisis
nodal/simpul adalah metode lain untuk menghitung parameter listrik seperti
arus, tegangan dan daya pada rangkaian yang berisi lebih dari satu sumber
(tegangan atau arus). Dalam metode ini, simpul referensi dan non-referensi
perlu diidentifikasi lebih dahulu. Kemudian, jika mungkin, setiap sumber
tegangan perlu dikonversi ke sumber arus. Akhirnya, KCL dapat diterapkan di
setiap simpul untuk mendapatkan persamaan simultan, yang dipecahkan untuk
menghitung parameter listrik. Teorema Rangkaian Kelistrikan dan Elektronika
Hukum-hukum listrik dasar dan metode-metode analisis yang terkait, yang telah
dibahas sebelumnya, memerlukan manipulasi matematis yang membosankan. Analisis
matematis yang rumit ini dapat disederhanakan dengan menggunakan teknik canggih
yang dikenal sebagai teorema jaringan atau rangkaian. Adapun yang dimaksud
yakni sifat linearitas, teorema superposisi, teorema Thevenin, dan teorema
Norton. Teorema ini akan didiskusikan dengan sumber yang independen.
◆
Sifat linearitas Linearitas adalah sifat dari suatu sistem atau elemen yang
mengandung homogenitas (skala) dan sifat-sifat tambahan. Sifat homogenitas
menyatakan bahwa jika input dari suatu sistem dikalikan dengan sesuatu yang
konstan, maka output akan diperoleh dengan mengalikan konstanta yang sama. Jadi,
dapat dinyatakan bahwa linearitas menunjukkan besarnya tegangan yang diberikan
pada suatu rangkaian linear akan sebanding dengan besarnya arus yang mengalir
dalam rangkaian tersebut. Rangkaian linear dapat dibentuk dari sumber-sumber
bebas, sumber tak bebas linear dan elemen linear.
◆
Teorema Superposisi
Prinsip
superposisi biasanya diterapkan ke jaringan rangkaian linear, yang berisi lebih
dari satu sumber. Teorema superposisi menyatakan bahwa “dalam jaringan linear
apa pun, arus yang melalui atau tegangan di elemen apa pun adalah jumlah
aljabar dari arus melalui atau tegangan di seluruh elemen tersebut karena
masing-masing sumber independen bertindak sendiri”. Untuk menerapkan teorema
ini ke jaringan linear, ada dua hal penting yang perlu dipertimbangkan:
Langkah-langkah
berikut ini dilakukan dalam menerapkan teorema superposisi ke rangkaian linear
sembarang:
◆
Tetapkan satu sumber independen, lalu matikan semua sumber independen lainnya.
◆
Hitung output (arus atau tegangan) karena pengaruh sumber aktif.
◆
Ulangi langkah-langkah di atas untuk setiap sumber independen.
◆
Hitung total kontribusi dengan menambahkan semua kontribusi yang dihasilkan
secara aljabar dari setiap sumber independent
◆
Teorema Thevenin
Teorema Thevenin
adalah teorema yang berguna untuk menganalisis rangkaian ekuivalen dari motor
induksi tiga fase, model hibrida frekuensi rendah dan model amplifier transistor.
Pada tahun 1883, seorang insinyur telegraf Perancis M. Leon Thevenin
memperkenalkan teorema ini untuk mengurangi rangkaian linear dua terminal yang
rumit menjadi rangkaian sederhana. Teorema Thevenin menyatakan bahwa rangkaian
linear dua terminal yang terdiri dari sumber dan resistor, dapat digantikan
oleh rangkaian sederhana yang terdiri dari tegangan setara (tegangan rangkaian
terbuka) sumber Thevenin VTh secara seri dengan resistansi setara Thevenin RTh.
Sumber tegangan setara dari Thevenin dihitung dari terminal yang sama, dengan
mematikan sumber independen di rangkaian
◆
Teorema Norton
Lawry Norton
(1898–1983), seorang insinyur Bell-Lab, menyusun teorema ini pada tahun 1926.
Teorema Norton menyatakan bahwa setiap rangkaian linear yang mengandung sumber
dan resistor dapat diganti oleh rangkaian ekuivalen yang terdiri dari sumber
arus sejajar dengan yang setara resistor pada sepasang terminal tertentu. Arus
ekuivalen Norton ini dapat ditentukan dengan hubungan singkat arus terminal.
Tahanan sejajar Norton dapat ditentukan dari terminal rangkaian terbuka dengan
mematikan sumber, yaitu dengan menghubung singkat sumber tegangan
(short-circuit) dan membuka rangkaian (open circuit) sumber arus. Runtun gambar
berikut menunjukkan rangkaian untuk menghitung arus dalam resistor R4 oleh
teorema Norton. Gambar berikut adalah rangkaian dengan satu sumber tegangan
bebas dan 4 beban berupa resistor. Pada langkah pertama, rangkaian digambar
ulang dengan melepas resistor R4 untuk membuat terminal terbuka. Sekarang,
dengan mematikan (hubung singkat) sumber tegangan, resistansi Norton dapat
dihitung sebagai, Arus Norton IN dapat dihitung dengan menentukan Rt dan arus
sumber lebih dahulu
◆
Teorema transfer daya maksimum
Teorema ini
menyatakan bahwa transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban
samadengan nilai resistansisumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan
ataupun dipasang paralel dengansumber arus. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penurunan rumus sebagai berikut: Arus beban
◆
Transformasi delta-wye dan wye-delta
Jika sekumpulan
resistansi yang membentuk hubungan tertentu saat dianalisis ternyatabukan
merupakan hubungan seri ataupun hubungan paralel yang telah kita
pelajarisebelumnya, maka jika rangkaian resistansi tersebut membentuk hubungan
star ataubintang atau rangkaian tipe T, ataupun membentuk hubungan delta atau
segitiga ataurangkaian tipeII, maka diperlukan transformasi baik dari bintang
ke delta ataupunsebaliknya. Untuk hubungan delta dan bintang, resistansi total
antara terminal 1 ke 2, 2 ke 3, dan 3 ke 1 adalah: Jika hubungan kelistrikan
pada setiap terminal dipandang sama, maka relasi tersebut akan menghasilkan
persamaan untuk transformasi delta-wye Rangkaian untuk transformasi delta-wye (D-Y) Adapun hubungan kelistrikan
pada setiap terminal untuk relasi transformasi wye-delta diberikan oleh
persamaan dan gambar. Rangkaian untuk transformasi wye-delta(Y-D)
◆
Analisis rangkaian RLC
Seperti diketahui
bahwa rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
salingdihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasantertutup.Resistor, sebagai elemen rangkaian dengan hukum dan teorema
jaringan yang berbeda, telah banyak dibahas dan dianalisis karena perannya yang
sangat penting. Seperti halnya resistor, kapasitor dan induktor juga merupakan
elemen rangkaian linear yang penting. Kapasitor dan induktor tidak
menghamburkan energi seperti resistor, tetapi menyimpan energi ketika
elemen-elemen ini terhubung ke sumber energi dalam rangkaian. Energi yang
tersimpan ini dapat digunakan untuk aplikasi lain. Kapasitor menemukan
aplikasinya dalam peningkatan faktor daya, motor induksi fase tunggal,
rangkaian filter, laser, kedip elektronik pada kamera, sistem daya, mikrofon,
rangkaian tuning penerima radio dan elemen memori di komputer. Demikian pula,
induktor menemukan aplikasinya di banyak bidang, yaitu, di trafo, rangkaian
elektronika daya, mesin listrik, radio, televisi dan sistem komunikasi. Bagian
ini menyajikan berbagai jenis analisis pada rangkaian listrik yang mengandung
kapasitor dan induktor.
◆
Respon R, L dan C pada Arus DC
Seperti diketahui
bahwa respon elemen R terhadap arus DC maupun AC, relatif linear, dimana
berlaku Hukum Ohm yang sama. Fasa antara arus dan tegangan juga berjalan
serempak, tanpa pengaruh variabel waktu. Hal ini sudah banyak kita bicarakan
dan analisis sebelumnya. Respon tegangan dan arus pada R Jika sebuah kapasitor
dilewati arus AC, arus Ic tersebut akan mengisi mengisi kapasitor sehingga
tegangan kapasitor Vc perlahan akan naik setinggi Vt, seperti Respon C terhadap
arus AC Adapun jika berada pada rangkaian dengan sumber DC, maka C tidak akan
dilewati arus (open circuit), Terlihat bahwa ketika ada arus konstan melewati
kapasitor, tegangan kapasitor perlahan naik. Ketika arus menjadi nol, tegangan
kapasitor perlahan turun lagi. Karakteristik ini memperlihatkan bahwa tegangan
dan arus tidak berjalan secara serempak / sefasa. Respon C terhadap arus DC
Jika sebuah induktor dilewati arus AC yang besarnya berubah setiap waktu, maka
pada induktor akan terdapat tegangan induksi Vl.Semakin besar perubahan arus
terhadap waktu akan semakin memperbesar tegangan induksinya. Dari sini pula
bisa kita lihat bahwa, tegangan induksi akan segera terjadi ketika ada
perubahan arus selama waktu tertentu. Bisa dikatakan bahwa jalannya arus dan
tegangan AC yang lewat induktor tidak berjalan serempak/sefasa (“fasa tegangan
induktor akan mendahului fasa arus sebesar 90°”. Respon L terhadap arus AC
Berbeda dengan sumber arus DC, induktor relatif tidak memberikan respon berupa
resistansi (reaktansi induktif) seperti halnya pada arus AC. Karena itu, pada
rangkaian sumber DC, induktor dianggap sebagai short circuit. Induktor ekivalen
dengan short circuit pada sumber DC
◆
Arus dan Tegangan Sinusoidal
Pada rangkaian
RLC, persamaan tegangan yang melewati elemen pasif jika arusnya sinusoidal
seperti terlihat pada tabel berikut. Adapun persamaan arus yang melewati elemen
pasif jika tegangannya sinusoidal seperti terlihat pada tabel berikut. Pengaruh
gelombang AC pada R terkait sudut fasa adalah: Dimana fasa tegangan dan arus
sama, dan nilai R adalah nilai absolut Z. Adapun pengaruh gelombang AC pada L
yaitu: Terlihat bahwa arus tertinggal (arus lagging) dibanding tegangan sebesar
90°, dan memberikan impedansi: Sementara pengaruh gelombang AC pada C adalah:
Terlihat bahwa arusmendahului (arus leading)dibanding tegangan sebesar 90°, dan
memberikan impedansi: Dengen demikian, jika R,L dan C menjadi elemen dalam
sebuah rangkaian listrik arus AC, maka secara matematis akan memberikan
impedansi atau perlawanan dengan nilai kompleks. Karena itu, kita perlu
memahami sifat impedansi kompleks sebelum menganalisis rangkaian AC, termasuk
konversi dalam bilangan kompleks.
◆
Analisis rangkaian AC
Analisis rangkaian AC memainkan peran penting
dalam merancang dan menguji jaringan transmisi listrik, peralatan listrik dan
elektronik. Dalam hal ini, pengetahuan tentang analisis rangkaian AC sangat
penting. Dasar-dasar rangkaian AC, KVL, KCL dan delta-wye konversi dalam domain
fasor telah dibahas sebelumnya. Bagian ini menyajikan analisis mesh (loop) dan
nodal (simpul) pada rangkaian AC.
⚫
Analisis Simpul (Nodal Analysis)
Seperti dibahas
sebelumnya, bahwa analisis node berprinsip pada Hukum Kirchhoff I/ KCL dimana
jumlah arus yangmasukdan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol,
dimana tegangan merupakanparameter yang tidak diketahui. Atau analisis node
lebih mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber arus.
⚫ Analisis Loop
(Mesh Analysis) Dalam analisis mesh (loop), arus yang tidak diketahui biasanya
ditentukan dari persamaan simultan. Analisis mesh untuk rangkaian AC dengan
berbagai impedansi dan sumber arus disajikan dengan bantuan rangkaian. Dengan
menerapkan KVL ke loop 1 (diberi label oleh arus mesh I1) dari rangkaian
menghasilkan persamaan: Persamaan pada loop 2 dan 3. Rangkaian untuk analisis
mesh sumber AC Contoh. Hitunglah arus mesh dan tegangan jatuh pada capasitor
dengan reaktasi kapasitif 5W sebagaimana
gambar rangkaian berikut. Penyelesaian. Penerapan KVL pada loop 1 memberikan
persamaan: Penerapan KVL pada loop 2 dan 3 menghasilkan: Jika Eq. 1 dan Eq. 3
disubtitusikan ke Eq. 2, maka diperoleh: Setelah I1 didapatkan, maka I2 dan I3
diperoleh sbb: (Eq. 2) (Eq. 1) (Eq. 3) Untuk mendapatkan penguasaan yang
memadai dalam memahami semua konsep, baik dalam menganalisis rangkaian AC
maupun DC, Saudara mesti lebih banyak mengerjakan soal-soal latihan dari
berbagai sumber. Dengan banyak melakukan latihan, penerapan konsep dalam
menganalisis rangkaian akan semakin baik. Rangkuman
⚫
Rangkaian listrik merupakan suatu untaian elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. ⚫ Hampir pasti, dalam suatu rangkaian listrik
terdapat satu sumber tegangan atau sumber arus bebas, apakah bersifat DC atau
AC. Inilah salah satu sebab mengapa kita perlu memahami rangkaian sebelum
melakukan analisis.
⚫
Elemen lain yang muncul selain sumber adalah komponen pasif R, L dan C. Karena
karakteristik atau responnya yang berbeda terhadap sumber AC atau DC (kecuali
Resistor, R) maka kita perlu memahami berbagai metode analisis rangkaian dan
hukum-hukum dasar kelistrikan dan rangkaian.
⚫
Beberapa hukum dasar dan teorema perlu dipahami sebelum melakukan analisis
seperti Hukum Ohm, Kirchhoff’s Current Law (KCL, Hukum Kirchhoff I),
Kirchhoff’s Voltage Law (KVL, Hukum Kirchhoff II), serta teorema Thevenin,
Norton, Superposisi, dsb.
⚫
Metode analisis merupakan salah satu alat bantu untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang muncul, bilamana konsep dasar atau hukum-hukum dasar tidak
dapat menyelesaikan permasalahan pada rangkaian tersebut.
⚫
Metode analisis mesh (loop) didasarkan pada hukum dasar KVL. Selain bisa
diterapkan pada rangkaian AC dan DC, analisis mesh juga akan lebih mudah jika
sumber rangkaian berupa sumber tegangan. Jika sumber terdiri dari tegangan dan
arus, maka analisis supermesh perlu dipelajari
⚫
Analisis node(simpul) berprinsip pada KCL dimana jumlah arus yang masukdan
keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, sementara tegangan
merupakanparameter yang tidak diketahui. Analisis simpulakan lebih mudah jika
sumbernyasemuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan pada sumber
DCmaupun sumber AC, dan kita perlu mempelajari analisis supernode jika sumber
terdiri dari sumber arus dan sumber tegangan. Tugas Untuk memahami materi lebih
dalam, kerjakanlah tugas-tugas berikut. 1) Perhatikan gambar rangkaian berikut.
Pelajari cara melakukan konversi sumber (arus-tegangan), lalu hitung tegangan
jatuh pada resistor 5W. 2) Perhatikan
gambar rangkaian berikut, lalu hitung arus yang melewati resistor 6W menggunakan teorema superposisi.
3) Hitunglah arus mesh dan tegangan jatuh pada kapasitor dengan rekatansi
kapasitif 5Ω pada gambar rangkaian berikut. DAFTAR PUSTAKA Cathey, Jimmie J.
(2002). Electronic Devices and Circuits (second edition). New York: McGraw
Hill. Salam, Md Abdus, Rahman, Q.M. () Fundamentals of Electrical Circuit
Analysis. Singapore: Springer Nature.
RANGKAIAN LISTRIK KOMPLEKS
Tentukan I pada
rangkaian tersebut!
V1 = 6 < 10
V2 =8 < 20
Z1 = 1 + j
Z2 = 2-j4
Z3 = j3
Loop 1
(1+j4)I1-(j3)I2=6<10
….. 1
Loop 2
(J3)I1+(2-j)I2=-8<20….2
Sehingga I = 3,54
KONSEP DASAR
Tentukan nilai i dengan analisis node !
Jawaban :
- Tentukan node referensinya/ground
- Tentukan node voltage
- Teg. Sumber sebagai supernode
- Jumlah
N=3, jumlah persamaan (N-1)=2
Tentukan nilai tegangan V dengan analisis
node !
Jawaban :
- Tentukan node referensinya/ground
- Tentukan node voltage
- Teg. Sumber sebagai supernode
Tinjau node
voltage va
3va
-48+2va -72 = 0
5va
-120 = 0
V = va -16 = 24 – 16 = 8volt
CONTOH SOAL HUKUM KIRCHOFF 1
Perhatikan gambar di atas, pada titik P dari sebuah
rangkaian listrik ada 4 cabang, 2 cabang masuk dan 2 cabang keluar. Jika
diketahui besarnya I1 = 8 A, I2 = 5 A, dan I3 = 6A, tentukan
berapa besar nilai dari I4?
Jawab
Diketahui
Diketahui
I1 = 8A
I2 = 5 A
I3 = 6 A
I2 = 5 A
I3 = 6 A
Ditanya I4 = …?
Hukum Kirchoff I
Hukum Kirchoff I
ΣImasuk = ΣIkeluar
I1 + I2 = I3 + I4
8+5 = 6 + I4
13= 6 + I4
I4 = 13-6= 7A
8+5 = 6 + I4
13= 6 + I4
I4 = 13-6= 7A
CONTOH
SOAL HUKUM KIRCHOFF 2
Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!
Jika diketahui ε1 = 16 V; ε2 = 8 V; ε3 = 10 V; R1 = 12
ohm; R2 = 6 ohm; dan R3 = 6 ohm. Besar kuat arus lisrik I adalah...
Jawab:
Loop I (atas):
Loop II (bawah):
Eliminasi:
CONTOH
SOAL HUKUM OHM
Diketahui :
Resistor 1 (R1) = 3,6 Ohm
Resistor 2 (R2) = 6 Ohm
Resistor 3 (R3) = 4 Ohm
Kuat arus listrik (I) = 1,5 Ampere
Ditanya : Tegangan listrik (V)
Jawab :
Resistor pengganti
R2 dan R3 terangkai paralel. Resistor penggantinya adalah :
1/RA = 1/R2 + 1/R3 = 1/6 + 1/4
1/RA = 2/12 + 3/12 = 5/12
RA = 12/5 = 2,4 Ohm
R1 dan RA terangkai seri. Resistor penggantinya adalah :
R = R1 + RA = 3,6 + 2,4 = 6 Ohm
Tegangan listrik :
V = I R = (1,5)(6) = 9 Volt
Resistor 1 (R1) = 3,6 Ohm
Resistor 2 (R2) = 6 Ohm
Resistor 3 (R3) = 4 Ohm
Kuat arus listrik (I) = 1,5 Ampere
Ditanya : Tegangan listrik (V)
Jawab :
Resistor pengganti
R2 dan R3 terangkai paralel. Resistor penggantinya adalah :
1/RA = 1/R2 + 1/R3 = 1/6 + 1/4
1/RA = 2/12 + 3/12 = 5/12
RA = 12/5 = 2,4 Ohm
R1 dan RA terangkai seri. Resistor penggantinya adalah :
R = R1 + RA = 3,6 + 2,4 = 6 Ohm
Tegangan listrik :
V = I R = (1,5)(6) = 9 Volt
RANGKAIAN ELEMEN PASIF
(RESISTOR)
Rangkaian pembagi tegangan
diatas memperlihatkan 4 resistor yang terhubung bersama secara seri. Tegangan
jatuh pada titik A dan B dapat dihitung menggunakan rumus pembagi tegangan
yaitu :
RANGKAIAN ELEMEN PASIF
(INDUKTOR)
Sebuah resistor dengan nilai hambatan
10 Ω dirangkai secara seri dengan induktor yang memiliki nilai induktansi
sebesar 30 mH. Berapakah nilai impedansi rangkaian tersebut jika dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak-balik yang memiliki nilai frekuensi 50 Hz?
Diketahui : R = 10 Ω
L = 30 mH = 3x 10-2 H
ƒ = 50Hz
ƒ = 50Hz